Minggu, 19 Januari 2014

ERGONOMI “Faktor-faktor Lingkungan Kerja Terhadap Tenaga Kerja”



ERGONOMI
“Faktor-faktor Lingkungan Kerja Terhadap Tenaga Kerja”

          Di susun oleh :
                                                                 Riki Mandala Putra
                                                                        1180100063

              Kelas : 5 A3


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2013



BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ergonomi dan Ruang Lingkupnya
Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Ergos yang berarti kerja/bekerja, sedangkan Nomos yang berarti aturan/hukum alam. Jadi, Ergonomi adalah aturan/tatacaradalambekerja. Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan dengansegalaaspekdanruanglingkupnya. Sasaran penelitian ergonomi ialahmanusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapatdikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengankondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengandimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dankelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Tujuan ergonomi adalah bagaimana mengatur kerja agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaannya dengan rasa aman, selamat, efisien, efektif dan produktif, disamping juga rasa nyaman serta terhindar dari bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja.
Aspek-aspek dalam Ergonomi yaitu :
a.         Faktor manusia (Human Centered Design-HCD)
o    Faktor dari dalam (internal factor): umur, jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk & ukuran tubuh,status gizi,kepercayaan,motivasi,kepuasan.
o    Faktor dari luar (eksternal factor) : penyakit, lingkungan kerja,sosek,adat istiadat,jenis pekerjaan,peralatan,bahan baku, proses produksi,pembagian jam kerja/istirahat .
b.        Anthropometri
merupakan suatu pengukuran yg sistematis thd tubuh man, terutama seluk beluk dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia. alat ukur : antropometer
c.         Sikap tubuh dalam bekerja
Hub tenaga kerja dlm sikap dan interaksinya thd sarana kerja akan menentukan efisiensi,efektivitas & produktivitas kerja, selain SOP (Standar Operating Procedures) yg terdpt pd setiap jenis pekerjaan
2.2 Pengaruh Faktor-faktor Lingkungan Kerja Terhadap Tenaga Kerja
Lingkungan kerja diartikan sebagai segala sesuatu yang berada disekitar tenaga kerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan. Lingkungan kerja yang lestari dan manusiawi adalah faktor pendorong bagi kegairahan dan efisiensi kerja. Kondisi lingkungan kerja yang kurang baik dan melebihi toleransi manusia untuk menghadapinya tidak saja akan menurunkan produktivitas kerja, tetapi juga akan menjadi sebab terjadinya penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan, cacat dan bahkan kematian. Lingkungan kerja yang tidak sehat sering kali mengganggu para pekerja dan dapat mengurangi ke efektifitasan dari pekerja itu sendiri. Dibawah ini akan diuraikan beberapa lingkungan kerja yang tidak sehat dan juga mengganggu kinerja dari pekerja itu sendiri.
Faktor bahaya di lingkungan kerja meliputi :
a)        Bahaya Kimia
Bahaya kimia adalah potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh. Semua bahan kimia mengandung resiko terhadap kesehatan dalam batas tertentu. Tidak ada bahan kimia yang ‘entirely safe’. Tetapi setiap bahan kimia dapat digunakan secara aman.
Bahan kimia dibagi menjadi : 1. Bahan Kimia tidak berbahaya 2. Bahan kimia beracun dan berbahaya (B3). Bahan kimia yang ada di sekitar kita, misalnya BBM, Pengharum, Oli ruangan, Kosmetik, Sabun, detergent, Aseton, Cat, Cuka (Asam – Thinner Asetat), Gula, garam, Obat Nyamuk , Obat, Pembersih Toilet, Pupuk, dll.
Jenis bahan kimia : 1. Bahan Kimia Non-B3, contoh : Gula, garam, kosmetik, pembersih toilet 2. Bahan Kimia Beracun dan Berbahaya (B3) : Bahan-bahan yang karena sifatnya dapat menimbulkan dampakmerusak atau merugikan Contoh : aseton, spiritus, thinner, asam cuka, dll.
Untuk Bahan-bahan B3 diwajibkan :1. MSDS (Material Safety Data Sheet) - disertakan di sekitar tempat penyimpanan bahan kimia - dipahami oleh pengguna, 2. Label identitas ditempel pada bahan, 3. Sign (rambu) ditempel sesuai bahaya bahan, 4. APD (Alat Pelindung Diri) tersedia, 5. Secondary Containment / wadah penampung tetesan.
Penanganan / Pengendalian :
-            Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan bahan
-            Ganti pakaian yang terkontaminasi, cuci bersih sebelum pakaian dipakai kembali
-            Dilarang makan dan minum di area kerja
-            Pengguna memakai APD yang direkomendasikan
-            Kontak langsung dengan bahan korosif / bahan beracun harus ditiadakan atau ditekan sekecil mungkin (lemari asam)
-            Hindarkan dari pekerjaan / aktivitas dengan sumber panas, nyala api atau loncatan bunga api terbuka (kelistrikan, pengelasan, rokok, gergaji listrik, dll)
-            Hindarkan dari bahan oksidator
-            Simpan dalam wadah / kemasan tertutup
-            Sirkulasi udara / ventilasi baik
-            Beri label, simbol bahaya yang jelas
-            Batasi akses masuk ke tempat penyimpanan bahan
-            Siapkan sarana-sarana alat pemadaman kebakaran
-            Hindari kondisi yang menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan (pemanasan, sinar matahari, cahaya, lembab)
-            Tabung diikat di dinding atau diberi penunjang, supaya tidak terjatuh.
-            Hindariterjatuhnya silinder gas yang dapat menyebabkan kran terbuka sehingga silinder dapat meluncur / terjadi ledakan karena perubahan tekanan.Jauhkan dari panas tinggi atau potensi benturan
-            Rotasi kerja
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh:
-            Pernapasan ( inhalation )
-            Kulit (skin absorption )
-            Tertelan ( ingestion )
Bahaya Kimia di Lingkungan Kerja meliputi :
o    Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.
o    Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak ).Contoh :
-            Kulit : asam, basa,pelarut, minyak .
-            Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
o    Reaksi Alergi
Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ pernapasanContoh :
-            Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau nickel, epoxy hardeners, turpentine.
-            Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.
o    Asfiksiasi
Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara.Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah atau mencegah oksigenasi normal pada kulit.Contoh :
-            Asfiksian sederhana : methane, ethane, hydrogen, helium
-            Asfiksian kimia : carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen cyanide, hidrogen sulphide
o    Kanker
Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan.Contoh :
-            Terbukti karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver angiosarcoma); 2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih ); asbestos (kanker paru-paru , mesothelioma);
-            Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride, dichromates, beryllium
o    Efek Reproduksi
Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari seorang manusia. Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat memberikan pengaruh negatif pada keturunan orang yang terpapar, sebagai contoh :aborsi spontan.Contoh :
-            Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari ethylene glycol, mercury. Organic mercury compounds, carbonmonoxide, lead, thalidomide, pelarut.
o    Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh.Contoh :
-            Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
-            Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
-            Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
-            Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
-            Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis ).
b)       Bahaya Fisik
Bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
Bahaya fisik terdiri dari :1. Iklim Kerja Perpaduan antara suhu udara, kelembaban, kecepatan gerakan udara, panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari pekerjaannya. Penilaian iklim kerja dilakukan dengan mengukur besarnya tekanan panas (heat stress) dgn mengukur ISBB (Indeks Suhu Basah & Bola).
Iklim Kerja Panas :
a. Heat Cramps (Kejang Karena panas)
b. Heat Exhaustion (kelelahan karena panas)
c. Heat Stroke
Pengobatan :
* Menggantikan Cairan
* Pindahkan korban keruangan yg lebih dingin
* Basahi kulit korban dengan pakaian basah / air
* Berikan Kompres dingin
* Utk Kram, pijat otot yg terkena
* Rujuk ke pertolongan medis
Iklim Kerja Dingin :
a. Chilblains, b. Trenchfoot, c. Frosbite
Pencegahan :
* Seleksi pekerja fit
* Pakaian pelindung
* Istirahat
* Pemeriksaan Kesehatan
Pengendalian terkait Iklim kerja :
• Mengurangi proses panas
• Isolasi / penyekat dengan paparan
• Ventilasi
• Pengaturan waktu kerja / rotasi
• Pemberian air minum (dan garam) yang memadai
• Baju kerja• Training karyawan
• Pemeriksaan kesehatan
• Pengukuran dan pemantauan Iklim Kerja
• APD
o    Kebisingan
adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan. Nilai Ambang Batas (NAB) untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu kerja yang terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.NAB untuk kebisingan di t4 kerja ditetapkan 85 dB (A).
Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di tempat kerja. Bahkan bunyi yang kita tangkap melalui telinga kita merupakan bagian dari kerja misalnya bunyi telepon, bunyi mesin ketik / komputer, mesin cetak, dan sebagainya. Namun sering bunyi-bunyi tersebut meskipun merupakan bagian dari kerja kita tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan orang, bunyi mesin diesel yang melebihi ambang batas pendengaran, dan sebagainya. Bunyi yang tidak kita inginkan atau kehendaki inilah yang sering disebut bising atau kebisingan.
Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi.Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal yakni frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut hertz (Hz), yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya. Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang dari berbagai macam frekuensi. Sedangkan intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel ( DB ).Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat ditentukan apakah bunyi itu bising atau tidak. Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat diterima / dikehendaki atau tidak dikehendaki / bising.
Skala Intensitas Kebisingan Skala Intensitas Desibel Batas Dengar Tertinggi
NO.                             Sumber                                                Skala DB batas dengar tertinggi
1                                  Halilintar                                             120 DB
2.                                 Meriam                                                110 DB
3.                                 Mesin Uap                                           100 DB
4                                  Jalan yang ramai                                  90 DB
5                                  Pluit                                                     80 DB
6                                  Kantor Gaduh                                     70 DB
7                                  Radio                                                  60 DB
8                                  Rumah Gaduh                         50 DB
9                                  Kantor pada umumnya                       40 DB
10                                Rumah Tenang                                    30 DB
11                                Kantor perorangan                              20 DB
12Sangat tenang , Suara daun jatuh, Tetesan air 10 DB
Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi,  distribusi frekuensi, dan lama pajanan. Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja. Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim . Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran.
Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan suasana yang bising memaksa pekerja berteriak didalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah komunikasi (miss communication) atau salah persepsi terhadap orang lain.Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah-tengah keluarga juga terbiasa berbicara keras. Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap marah. Lebih jauh kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja.
Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin dapat dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber getaran atau memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi dengan sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB.Tetapi penggunaan penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja karena terasa risih adanya benda asing di telinganya. Untuk itu penyuluhan terhadap mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya dan akhirnya mau memakainya.
Jenis Kebisingan :
-            Bising continue > intensitas tidak lebih dari 6 dB
-            Bising terputus-putus (intermittent) > bising tidak terus-menerus, ada periode tenang
-            Bising impulsive > memiliki perubahan intensitas hinga 40 dB dalam waktu yang sangat cepat sehingga mengejutkan
-            Bising impulsive berulang > bising impulsive yang berulang Jenis
Kebisingan berdasarkan Dampak Kebisingan terhadap Manusia :
-            Mengganggu (Irritating Noise)
-            Menutupi (Masking Noise)
-            Merusak (Damaging Noise)
Pengaruh Kebisingan :
-            Gangguan fisiologis : Peningkatan tekanan darah, sakit kepala, vertigo, mual, gangguan keseimbangan
-            Gangguan Psikologis : Mengurangi kenyamanan, gangguan konsentrasi, sulit tidur, cepat marah
-            Gangguan Komunikasi : Efek pada organ pendengaran - Temporary hearing loss (sementara) - Permanent hearing loss (tetap).
Pengaruh kebisingan tergantung dari faktor :
1. Tinggi intensitas suara dan frekuensi
2. Lama dan jarak dari sumber
3. Spektrum suara
4. Kepekaan individu, obat-obatan, kondisi kesehatan
Pengendalian Kebisingan :
1. Eliminasi, perubahan cara kerja
2. Subtitusi mesin, pondasi mesin, modifikasi dan perawatan mesin
3. Isolasi mesin, cover, penyekat dinding, langit-langit kedap suara, jauhkan sumber
4. Administratif (ruang kontrol, pengaturan waktu kerja, mengurangi waktu paparan, rotasi kerja, seleksi, training)
5. Pemeriksaan audiometric (sebelum kerja, berkala)
6. Pengukuran & pemantauan kebisingan (mapping intensitas, frekuensi, lama dan distribusi, waktu total pemaparan bising)
7. Penggunaan APD (ear plug- sumbat telinga , ear muff- tutup telinga)
o    Vibrasi (Getaran)
Gerakan bolak balik linear yang berlangsung dengan cepat dari suatu obyek terhadap suatu kedudukan kelelahan, bahaya kesehatan seperti ujung jari menebal/mati rasa dan memutih,dl Getaran berdasarkan jenis pajanan : 1. Getaran seluruh badan 2. Getaran alat-lengan atau getaran pada tangan dan lengan Alat ukur : Vibrasi meter .
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF). Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.
Pengaruh Getaran :
1. Gangguan kenyamanan
2. Kelelahan
3. Penglihatan kabur, sakit kepala, gemetar, kesemutan, gangguan tidur
4. Kerusakan organ dalam
5. Sakit persendian dan otot lengan
6. Penurunan fungsi indra perasa pada jari-jari, hilangnya ketangkasan
7. Noda putih pada telapak tangan (white finger sindrom-mati rasa permanen)
Pengendalian Getaran :
a. Eliminasi, subtitusi mesin, penggunaan remote control
b. Rekayasa Engineering terhadap sumber untuk menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi/isolator, penyekat, peredam, membalut pegangan dan pemeliharaan mesin yang baik
c. Pengendalian administratif : dilakukan dengan pengaturan jadwal kerja sesuai TLV ( Treshold Limit Value )/ NAB (Nilai Ambang Batas), rotasi kerja, atur waktu istirahat, genggam dengan longgar, ganti posisi, olahragadll
d. Pemeriksaan kesehatan, pemantauan getarane. Terhadap pekerja, tidak ada pelindung khusus, hanya dianjurkan menggunakan sarung tangan yang dilengkapi peredam getar (busa) untuk menghangatkan tangan dan perlindungan terhadap gangguan vascular.
o    Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik / cahaya dari sumber radiasi.Jenis Radiasi : 1. Radiasi Mengion: Gelombang Mikro Sumber : Gel. Radio, TV, radar, peralatan industri. Radiasi gelombang mikro yang pendek (< 1cm) akan diabsorbsi oleh permukaan kulit sehingga kulit seperti terbakar, sedangkan > 1 cm dapat menembus ke jaringan kulit yang lebih dalam, 2. Radiasi Non Mengion Radiasi : Sinar Ultra Ungu (Ulta violet) Sumber : Sinar matahari, lampu pijar, pengerjaan laser, pengelasan, dll. Sinar Infra Merah Sumber : benda pijar, tanur. Menyebabkan katarak mata. Sinar Laser Sumber : pengelasan, pemotongan, pelapisan, alat optis, operasi kedokteran. Mengakibatkan efek pada kulit dan kerusakan mata (retina).
Pengendalian Radiasi :
1. Eliminasi
2. Menjauhi sumber, mengembalikan sumber, deteksi sumber dan aktivitas
3. Isolasi, limitasi
4. Pengendalian administrative, prosedur, sign / rambu
5. Hindari kontak langsung dgn kacamata UV/Kobalt Biru, pakaian antiradiasi
6. Pemeriksaan kesehatan.
o    Penerangan (Lighting)
Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada suatu luas permukaan. Kondisi tingkat pencahayaan cukup adalah dimana seseorang dapat melihat suatu obyek dengan mudah dan cepat.
Akibat Tingkat pencahayaan kurang : 1. Gangguan pada mata, kerusakan mata, kelelahan mata (mata dipaksaberakomodasi) 2. Sakit kepala, pegal sekitar mata, iritasi mata (berair, penglihatan ganda) 3. Menurunkan ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatan persepsi 4. Menimbulkan terjadinya kecelakaan 5. Memperpanjang waktu kerja.
Akibat Tingkat pencahayaan berlebihan : 1. Kesilauan 2. Kelelahan, iritasi mata 3. KetidaknyamananPengendalian :1. Pengendalian Teknis a. Perbesar ukuran obyek (kaca pembesar, monitor) b. Perbesar intensitas penerangan (buatan atau alami) c. Reflektor d. Menambah lampu lokal e. Mencegah kesilauan (memberbesar kontras, jauhkan permukaan mengkilat) f. Penataan warna dinding, langit-langit2. Pengendalian Administratif a. Seleksi pekerja b. Jaga kebersihan dinding, langit-langit, lampu.
Tujuan pencahayaan :
o   Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan
o   Memberi lingkungan kerja yang aman
Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan.Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja.
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.
Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja juga mempengaruhi. Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas penerangan di pabrik mobil. Demikian juga umur pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang. Orang yang sudah tua dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda.
Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap atau kabur.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
2) Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja. Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.
3) Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan
tugas di malam hari. Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau. Silau juga menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah.
Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain :
1) Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa
2) Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa sehingga tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.
3) Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela yang langsung memasukkan sinar matahari.
4) Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.
5) Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.
Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
1) Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
2) Kelemahan mental
3) Kerusakan alat penglihatan (mata).
4) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan bangunan tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya mempertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut :
1) Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu masuknya cahaya matahari ke tempat kerja.
2) Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus cukup, seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan. Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti
dengan penerangan lampu yang cukup.
3) Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi 32 derajat celsius).
4) Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang yang mengganggu kerja.
5) Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar serta tidak berkedip-kedip.
o    Bau-Bauan
Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja adalah bau-bauan yang tidak enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan kerja. Selanjutnya bau-bauan ini dapat mengganggu kesehatan dan produktivitas kerja. Bau-bauan sebenarnya merupakan jenis pencemaran udara yang tidak hanya mengganggu penciuman tetapi juga dari segi higiene pada umumnya.
Cara pengukuran bau-bauan yang dapat mengklasifikasikan derajat gangguan kesehatan belum ada sehingga pengukurannya masih bersifat objektif. Hal ini disebabkan karena seseorang yang mencium bau tertentu dan merasa tidak biasa dengan bau tersebut, apabila sudah lama atau biasa mencium bau aneh tersebut maka akhirnya menjadi terbiasa dan tidak mencium bau yang aneh tersebut. Orang yang bekerja di lingkungan yang berbau bensin atau oli, mula-mula merasakan bau tersebut tetapi lama-kelamaan tidak akan merasakan bau tersebut meskipun bau tersebut tetap di lingkungan kerja itu. Hal ini disebut penyesuaian penciuman.
Dalam kaitannya dengan kesehatan kerja atau dalam lingkungan kerja, perlu dibedakan antara penyesuaian penciuman dan kelelahan penciuman. Dikatakan penyesuaian penciuman apabila indera penciuman menjadi kurang peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus, seperti contoh pekerja tersebut diatas.Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu mencium kadar bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar. Misalnya orang tidak mencium bau bunga setelah mencium bau yang kuat dari bangkai binatang.Ketajaman penciuman seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologis sewaktu-waktu, misalnya emosi, tegangan, ingatan, dan sebagainya.
Orang yang sedang mengalami ketegangan psikologis atau stress, ia tidak dapat mencium bau-bauan yang aneh, yang dapat dicium oleh orang yang tidak dalam keadaan tegang. Disamping itu penciuman juga dapat dipengaruhi oleh kelembaban udara. Pada kelembaban antara 40-70 % tidak mempengaruhi penciuman tetapi dibawah atau diatas kelembaban itu dapat mempengaruhi penciuman.
Pengendalian bau-bauan di lingkungan kerja dapat dilakukan antara lain :
1) Pembakaran terhadap sumber bau-bauan misalnya pembakaran butil alkohol menjadi butarat dan asam butarat.
2) Proses menutupi yang didasarkan atas kerja antagonistis diantara zat-zat yang berbau. Kadar zat tersebut saling menetralkan bau masing-masing. Misalnya bau karet dapat ditutupi atau ditiadakan dengan paraffin.
3) Absorbsi (penyerapan), misalnya penggunaan air dapat menyerap bau-bauan yang tidak enak.
4) Penambahan bau-bauan kepada udara yang berbau untuk mengubah zat yang berbau menjadi netral (tidak berbau). Misalnya menggunakan pengharum ruangan.
5) Alat pendingin ruangan (air conditioning) disamping untuk menyejukkan ruangan juga sebagai cara deodorisasi (menghilangkan bau-bauan yang tidak enak) di
tempat kerja.
c)        Bahaya Biologi
Bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.
Agen penyebab biohazards :
-            Bakteri : Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk,makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc,lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya.
-            Virus : Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainyaJamur / Fungi : Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.
-            Mikroorganisme / Protozoa Protozoa adalah gup organisme bersel satu yang sangat bervariasi dengan lebih dari 50.000 jenis. Banyak yang hidup secara soliter (sendiri), ada yang secara berkoloni. Pada manusia, protozoa merupakan salah satu patogen dan dapat menyebabkan penyakit seperti malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum.Cacing Cacing dalam usus merupakan salah satu patogen manusia yang paling umum. Cacing gelang Ascaris lumbricoides.
Infeksi atau Bloodborne Pathogen
Infeksi bakteri / virus dari darah atau sisa jaringan yang mengandung darah.
Merupakan usaha untuk mencegah transmisi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus), hepatitis B dan bakteri / virus yang berkembang atau berpindah melaluidarah - Kontrol : prosedur, APD, sanitasi, training, pengelolaan bloodborne .
Mikroorganisme penyebab penyakit di tempat kerja :
-            Daerah pertanian : Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat pekerja dapat terinfeksi oleh mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacing, Asma bronkhiale atau keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur. Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik) : Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah bakteri penyebab penyakit saluran napas, seperti : Tbc, Bronchitis dan Infeksi saluran pernapasan lainnya seperti Pneumonia.
-            Daerah peternakan : terutama yang mengolahkulit hewan serta produk-produk dari hewan Penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti ini misalnya : Anthrax yang penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup, Brucellosis, Infeksi Salmonella.Di Laboratorium :Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yangbesar terinfeksi, terutama untuklaboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan yang megandung organisme pathogen
-            Di Perkantoran : terutama yang menggunakanpendingin tanpa ventilasi alamiPara pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisikomengidap penyakit seperti :Humidifier fever yaitu suatu penyakit pada saluranpernapasan dan alergi yang disebabkan organismeyang hidup pada air yang terdapat pada systempendingin,Legionnaire disease yang jugaberhubungan dengan sistem pendingin dan akanlebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut.
Faktor yang Berpengaruh penularan ke tubuh manusia :
1. Mekanisme penularan
2. Jalur masuk / Port d’entrĂ©e
3. Dosis
4.Virulensi (derajat tingkat patogenitas yang diukur oleh banyaknya organisme yangdiperlukan untuk menimbulkan penyakit pada jangka waktu tertentu)
5. Host
Cara penularan : Banyak dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit hanya setelah masuk kedalam tubuh manusia dan cara masuknya kedalam tubuh, yaitu : 1. Melalui saluran pernapasan 2. Melalui mulut (makanan dan minuman) 3. Melalui kulit apabila terluka.
Mengontrol bahaya dari faktor biologi :
Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari dengan pencegahan antara lain dengan :1. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu yang mengandung organisme patogen, 2. Mengkarantina hewan yang terinfeksi dan vaksinasi, 3. Imunisasi bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit di tempat kerja, 4. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak Satu kali setiap bulan, 5. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya mikroorganisme yang patogen pada system pendingin, 6. Praktek-praktek penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point), GMP (Manufacturing Practices), 7. Prosedur Safety laboratory dan sertifikasi laboratorium.
d)       Bahaya Biologi
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi.Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi biogenik.
o    Bahaya infeksi
Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang potensial mengalaminya : pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga binatang, dokter hewan dll.Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella, chlamydia, psittaci
o    Bahaya Non-Infeksi
1) Organisme viable dan racun biogenic.
Organisme viable termasuk di dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage & sludge treatment, dll.
Contoh : Byssinosis, “grain fever”,Legionnaire’s disease
2) Alergi Biogenik
Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu dan protein dari urine dan feaces binatang.Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur jaringan).Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau asma.Contoh : Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.
e)        Bahaya Ergonomi
Merupakan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan sebagai akibat dari ketidaksesuaian desain kerja dengan pekerja.Pengertian: Ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya, diaplikasikan untuk mendesain pekerjaan dan tempat kerja agar sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan tubuh manusia.Tujuan penerapan ergonomi: Menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia untuk menurunkan risiko yang akan dihadapi.
Manfaat penerapan ergonomic :
-            Mencegah cedera
-            Meningkatkan kualitas kerja
-            Meningkatkan kualitas hidup
-            Mengurangi kelelahan dan ketidaknyamanan kerja
Upayanya antara lain:
-            Menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan
-            Pengaturan suhu, cahaya, kelembaban agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia
Ergonomi merupakan ilmu multi disipliner : Anatomi, Fisiologi pekerja, Fisiologi lingkungan, dan Psikologi.Ergonomic Identification &Assesment : 1. Identifikasi, 2. Penilaian (Assesment), 3. Pengendalian (Control).
Cara-cara pengendalian :
1. Eliminasi metode kerja / mengurangi resiko : Besar dan berat barang, Jarak diperpendek , Memberi ruang untuk mengangkat.
2.Engineering Controls : Penggunaan mechanical devices / alat bantu,(Ex. Hand trucks, pallet, forklift, hoist, conveyor, lift barang, peluncur, dll), Pengaturan workstation, Work method engineering, (ex. Conveyor system), Menyediakan pegangan yang nyaman.
3.Pengaturan Kerja : Meminimalkan : mendorong / menarik, Minimalkan double handling , Meminimalkan halangan-halangan.
4.Program Administratif : Training, Medical test, Rotasi kerja, Prosedur kerja, Variasi kerja , Review injury, musculoskeletal disorder.
5.APD : Back support belts, Wrist & arm protection.


f)         Bahaya Psikologi
Bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
Bahaya faktor manusia terdiri atas :
- physical stresses- physiological stresses
- psychological stresses
Pentingnya mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress Kerja adalah agarproduktivitas kerja dapat tetap terjaga. Hal ini dapat ditinjau dari dua faktoryaitu:a.Dari aspek Kesehatanb.Dari aspek Keselamatan.
Bahaya :
Bahaya psikososial dapat meliputi :
- Beban kerja
- Rutinitas kerja
- Masalah organisasi
- Konflik antara pekerja maupun antara pekerja dengan pimpinan
-Suasana kerja yang buruk
Bahaya-bahaya ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikis karyawan sehari-hari. Jika seorang karyawan tidak dapatmengatasi beban bahaya ini dengan baik, maka karyawan tersebut akan jatuh dalam kondisi bosan, jenuh, stres, dan lambat laun akan mengalami gangguan serta keluhan-keluhan penyakit serta menurunkan produktifitas kerja karyawan.
Sedangkan gejala stres di tempat kerja, yaitu meliputi: 1. Kepuasan kerja rendah 2. Kinerja yang menurun 3. Semangat dan energi menjadi hilang 4. Komunikasi tidak lancar 5. Pengambilan keputusan jelek 6. Kreatifitas dan inovasi kurang 7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.Pengelolaan stress dapat dilakukan melalui pendekatan individu dan organisasi.
Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah, gangguan kepribadian, penyimpangan seksual, ketagihan alkohol dan psikotropika.Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit seperti eksim,dll.